UNIVERSITAS KADER BANGSA PALEMBANG
Oleh :
Nama : Miranda Anita Sari
Nim : 15150014
Program Studi : Analis Kesehatan
Semester : 4 (Empat)
Program Studi : Analis Kesehatan
Semester : 4 (Empat)
LAPORAN PRAKTIKUM IMUNOLOGI (
PEMERIKSAAN ASTO )
LAPORAN
PRAKTIKUM IMUNO-SEROLOGI
Praktikum
ke : III (Tiga)
Hari/Tanggal : Jum’at /24 Maret 2017
Materi :Pemeriksaan ASTO
Prinsip :Aglutinasi
lateks menggunakan partikel lateks yang dilapisi streptolisin O, kemudian mereaksikan ini dengan serum
penderita.Adanya anti streptolisin dalam serum penderita dinyatakan dengan
terjadinya aglutinasi dan partikel tersebut.
Tujuan :Untuk
menentukkan Antibody terhadap Streptococcus β-hemolisa yang menyebabkan rematik
,tonsillitis,dan glomerulus
Metode : Lateks
Alat
dan Bahan:
Ø Tangkai
pengaduk
Ø Slide
hitam
Ø Clinipete
50 µl
Ø Yellow
tipe
Ø Rotatar
Ø Lateks
Ø Kontrol
positif dan negatif
Sampel : Asto H 3
I.PENDAHULUAN
Streptokokus grup A (Streptokokus
beta hemolitik) dapat menghasilkan berbagai produk ekstraseluler yang mampu
merangsang pembentukan antibodi. Antibodi itu tidak merusak kuman dan tidak
memiliki daya perlindungan, tetapi adanya antibodi tersebut dalam serum
menunjukkan bahwa di dalam tubuh baru saja terdapat Streptokokus yang aktif.
Antibodiyang terbentuk adalah Antistreptolisin O, Antihialuronidase (AH),
antistreptokinase (Anti-SK), anti-desoksiribonuklease B (AND-B), dan anti
nikotinamid adenine dinukleotidase(anti-NADase).Demam rematik merupakan
penyakit vascular kolagen multisystem yang terjadi setelah infeksi Streptokokus
grup A pada individu yang memiliki faktor predisposisi. Penyakit ini masih merupakan
penyebab terpenting penyakit jantung didapat (acquired heart disease)pada anak
dan dewasa muda di banyak negara terutama Negara berkembang. Keterlibatan
kardiovaskuler pada penyakit ini ditandai oleh adanya inflamasi endokardium dan
mmiokardium melalui suatu proses autoimun yang menyebabkan kerusakan
jaringan.Serangan pertama demam reumatik akut terjadi paling sering antara umur
5 –15 tahun.Demam reumatik jarang menyerang anak dibawah umur lima tahun. Demam
reumatik akut menyertai faringitis Streptokokus beta hemolitik grup A yang
tidak diobati. Pengobatan yang tuntas
terhadap faringitis akut hampir meniadakan risiko terjadinya demam
reumatik.Diperkirakan hanya 3 % dari individu yang belum pernah menderita demam
reumatik akan menderita komplikasi ini setelah menderita faringitis
Streptokokus yang tidak diobati.
ASTO
(Anti Streptolisin O) merupakan antibodi yang paling banyak dikenal dan paling
sering digunakan untuk indikator terdapatnya infeksi Streptokokus. Lebih kurang
80 % penderita demam reumatik menunjukan peningkatan titer antibodi terhadap
Streptokokus. Penelitian menunjukkan bahwa komponen Streptokokus yang lain
memiliki rekativitas bersama dengan jaringan lain. Ini meliputi reaksi silang
imunologik di antara karbohidrat Streptokokus dan glikoprotein katup,
diantaranya membran protoplasma Streptokokus dan jaringan saraf subtalamus
serta nuclei kaudatus dan antara hialuronat kapsul dan kartilagoartikular.
Ada dua prinsip dasar penetuan
ASTO, yaitu:
1. Netralisasi/penghambat hemolisis
Streptolisin
O dapat menyebabkan hemolisis dari sel darah merah, akan tetapi bila
Streptolisin O tersebut di campur lebih dahulu dengan serum penderita yang
mengandung cukup anti streptolisin O sebelum di tambahkan pada sel darah merah,
maka streptolisin O tersebut akan di netralkan oleh ASO sehingga tidak dapat
menibulkan hemolisis lagi.
Pada
tes ini serum penderita di encerkan secara serial dan di tambahkan sejumlah
streptolisin O yang tetap (Streptolisin O di awetkan dengan sodium
thioglycolate). Kemudian di tambahkan suspensi sel darah merah 5%. Hemolisis
akan terjadi pada pengenceran serum di mana kadar/titer dari ASO tidak cukup
untuk menghambat hemolisis tidak terjadi pada pengencaran serum yang mengandung
titer ASO yang tinggi.
2. Aglutinasi pasif
Streptolisin
O merupakan antigen yang larut. Agar dapatmenyebabkan aglutinasi dengan ASO.
Maka Streptolisin O perlu disalutkan pada partikel-partikel tertentu. Partikel
yangsering dipakai yaitu partikel lateks.Sejumlah tertentu Streptolisin O (yang
dapat mengikat 200 IU/ml ASO) di tambahkan pada serum penderita sehingga
terjadi ikatan Streptolisin O – anti Strepolisin O (SO – ASO).
Bila
dalam serum penderita terdapat ASO lebih dari 200 IU/ml, maka sisa ASO yang
tidak terikat oleh Streptolisin O akan menyebabkan aglutinasi dari streptolisin
O yang disalurkan pada partikel – partikel latex . Bila kadar ASO dalam serum
penderita kurang dari 200 IU / ml , maka tidak ada sisa ASO bebas yang dapat
menyebabkan aglutinasi dengan streptolisin O pada partikel – partikel latex.
Tes
hambatan hemolisis mempunyai sensitivitas yang cukup baik , sedangkan tes
aglutinasi latex memiliki sensitivitas yang sedang. Tes aglutinasi latex hanya
dapat mendeteksi ASO dengan titer di atas 200 IU/ml
II .TATA CARA PERCOBAAN
Metode
kualitatif :
Ø Biarkan
sampel dan reagen pada suhu kamar
Ø Teteskan
diatas serum slide sebanyak 50 µl.
Ø Tambahhkan
lateks sebanyak satu tetes ,lalu aduk
Ø Goyangkan
selama 2-3 menit dengan rotator atau dengan tangan
Ø Kalau
terjadi aglutinasi (hasil positif) lanjutkan dengan tes kuantitatif
Ø Untuk
control positif dan negatif perlakuan sama saperti serum
III.INTERPRETASI HASIL
Negatif (-) : Tidak terjadi Aglutinasi
Positif
(+) : Terjadi Aglutinasi
IV.HASIL PEMERIKSAAN
Asto H 3 (-) negatif
V.KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pemeriksaan
terhadap serum probandus, maka di dapat kesimpulan bahwa serum H3 negatif
aglutinasi.
VI.SARAN
Serum
yang digunakan tidak lisis, reagen yang digunakan tidak expired dan dibutuhkan
ketelitian saat pembacaan adanya aglutinasi.
DAFTAR PUSTAKA
-Diktat
materi praktek imonologi-serologi
-http://mirandaanitasari.blogspot.co.id/
Mengetahui,
Palembang , 24 Maret 2017
Dosen
pembimbing :
Praktikan
J.Sigalingging,AMAK, SKM, M.kes
MIRANDA ANITA
SARI
Tidak ada komentar:
Posting Komentar